The story of Pinterest and how the internet can change your ways.

Belakangan ini gue ketagihan PinterestGue secara nggak sengaja menemukan situs ini dari blog lain yang gue ikuti di tumblr dulu. Si pinterest ini adalah semacam papan buletin online. Kan sering tuh, misalnya kita lagi iseng iseng aja browsing, tau tau ada artikel menarik, atau resep menarik, atau proyek DIY menarik, produk yang menarik, atau sekedar gambar2 yang menarik yang mau kita inget2. Intinya yang menarik menarik gitu, hehe. Biasanya kalau gue menemukan sesuatu yang gue pengen baca lagi, gue bookmark aja. Tapi biasanya yang terjadi adalah, gue bookmark bookmark terus sampe folder bookmark nya udah terlalu kepenuhan.. dan walhasil si bookmark feature menjadi kurang efektif. Habis nggak menarik, gitu. Boro boro mau keingetan visit suatu webpage.. yang ada malah bawaannya kepengen menghapus semua link bookmark itu.

… sampai gue temukan si pinterest tersayang.

Segala macam artikel atau resep atau apalah yang pas kebetulan ingin kita inget2, tinggal kita “pin” aja ke papan pinterest kita dengan fitur “pin it” yang bisa didownload dari situs si pinterest ini. Yang di”pin” itu adalah gambar dari artikel tersebut. Pas kita pin, alamat situsnya juga tersimpan dalam pin itu. Jadi tinggal klik pin itu, dan kita bisa kembali ke situs yang mau kita inget2 tersebut. Karena ada gambarnya, menurut gue yang manusia visual ini, sangat mempermudah gue untuk ingat2.. ooh ini resep itu ya yang waktu itu gue save, ooh ini proyek DIY itu yang waktu itu gue nemu.

Dan yang paling gue suka dari pinterest adalah, di sini semua anggotanya berbagi link-link menarik yang mereka temukan di internet. Jadi, biasanya gue cuma login aja ke pinterest dan lihatin pin-pinnya orang lain, kalau ada yang menarik gue liat2, kalau emang gue suka, gue pin lagi di papan gue supaya gue inget2. Betul2 tidak seperti bookmark deh, lebih menarik, lebih visual.. dan pastinya nyandu. Kalau udah login ke pinterest dijamin bisa berjam-jam habis kalau nggak inget harus masak atau ngurus anak, hahaha.

Gue mau cerita nih tentang pengaruh si pinterest dalam hidup gue. Maaf lebay. Saking cintanya sampe gitu. But stick with me, you’ll see.

Gue ini orang yang paling anti-prakarya. Saking nggak berbakat dalam urusan perintilan prakarya gitu, gue dapat nilai merah untuk pelajaran prakarya dulu pas SMP. Payah banget kan.. kayaknya dulu di kelas itu gue satu satunya anak yang dapet nilai merah. Sepertinya Bu Yayu (guru prakarya gue itu, saking ganas orangnya gue sampai sekarang masih inget namanya) bener2 kesal sekaligus prihatin ama gue. Dia pernah ngeliatin gue dengan pandangan yang kalau diartikan ke kata-kata kurang lebih begini, “Kamu itu kan anak perempuan, masak sampai bener bener nggak ada bakat keterampilan gini, kamu memprihatinkan banget sih.” Kalau di zaman modern ini kayaknya memang agak seksis ya, emangnya perempuan harus bisa prakarya? Laki laki harus ngerti mobil? haha. Nggak juga kan. Tapi mari sebelum gue merepet ngalor ngidul ngomongin hal lain, kita stay on topic aja.

Nah.. gue tinggal di rumah yang sekarang ini udah hampir 2,5 tahun lamanya. Tapi saking kemampuan menghias-dekor rumah gue sangatlah pas-pasan (juga ditambah dengan tingkat kemalasan gue yang sangat luar biasa), sampai beberapa minggu yang lalu dinding2 di rumah gue ini telanjang. Alias nggak ada hiasan apa2, nggak ada foto terbingkai dan dipajang.. ada juga cuma beberapa lukisan papa mertua gue. Itupun sebetulnya karena beliau yang minta hasil karyanya dipasang dan gue sebagai menantu yang baik hati mana tega nolak.. haha.. lagian sekalian biar ada hiasan dinding gitu, walaupun minim yang penting ada.

Selama ini gue merasa tidak terganggu dengan ketelanjangan dinding rumah gue itu. Cuma kadang kalau temen ada yang lagi datang kerumah, suka ada yang komen, “kok dindingnya sampe sekarang nggak ada apa2nya. Nggak ada foto2nya.. kan pengen liat foto2 kalian.” Ya gue ketawa ketiwi cengengesan sambil mencoba berdalih, “Maklumlah gue kurang bakat dekorasi. Yah moga2 taun depan deh.”

Sampai beberapa minggu yang lalu, gue dan Baby Bubbles diajak bergabung ke playgroup lokal di daerah rumah kita. Isinya sesama ibu-ibu rumah tangga dan anak2nya yang rata2 seumuran sama anak gue. Kebetulan temen gue ada yang udah jadi anggota di playgroup itu, dan dia pikir karena gue juga sesama stay at home mom, gue akan tertarik. Betul tentunya, gue tertarik, dan anak gue juga emang pada dasarnya suka bersosialisasi, jadi dia seneng kalau kumpul2 bersama anak2 lain. Maklumlah biasa seharian cuman sama emaknya doang, bosen pastinya. Gaul dikit dong ah judulnya.

Dan.. eng ing eng… gue bener2 langsung minder saat gue menginjakkan kaki gue pertama kalinya ke rumah salah satu anggota playgroup yang kebetulan di hari itu menjadi host untuk acara playgroupnya. Cewek ini, namanya L, betul2 pantas deh kalau disebut Martha Stewart. Di Amrik sini bu Martha Stewart itukan simbol wanita2 terampil yang pinter urus rumah, hias2, bersih2, bisa jahit sendiri, masak dan bakingnya top markotop.. Rumahnya bersih, wangi, cantik, foto2nya keren keren.. kamar anaknya modern dan lucu banget, dinding2nya dihias pake wall decals yang unyu tapi keren.. Udah gitu dia masih sempat2nya baking kue2 untuk para Ibu-ibu dan anak2nya, dan buat homemade hot chocolate pulak!

Hati eike yang tidak terampil ini langsung menciut. Ohmaigot, ternyata Martha Stewart itu ada dalam kehidupan nyata ya sodara sodara..  gue pikir itu cuma mitos aja. Maklum disini kan tiada yang namanya asisten rumah tangga, segala apa2 dikerjain sendiri. Gue aja rasanya udah bagus kalau makan malam bisa tersedia on time setiap hari, semua piring kotor nggak lupa dicuci dan suami gue punya celana dalem yang bersih untuk besok ngantor. Soal ngepel, vakum karpet, lap2 jendela, kalau bisa ngerjain semua itu semiggu 2 kali rasanya udah kayak menang olimpiade. Selalu adaaa aja yang harus dikerjain.

Sementara si mbak L ini… rasanya gue pengen banget nanya2, gimana sih kamu sanggup mengerjakan itu semua? Waktunya darimana bu? Apa anaknya nggak teriak2 minta ngajak main atau baca setiap 5 menit sekali?

Intinya gue merasa pada saat itu, gue ini bukanlah seorang ibu rumah tangga yang baik dan “sepantasnya”. Apalah arti sepantasnya itu, silahkan artikan sendiri.. tapi rasa minder gue saat itu sangat mendalam banget. Gue jadi lebay dan berhari2 kepikiran soal ini. Apakah gue kurang pinter manajemen waktu?

Dan saat itu pulalah, gelora gue untuk menghias dinding rumah gue menggebu gebu. Memang ngga nyambung kali ya sodara sodara, tapi entah kenapa setelah itu gue berpikir, kalau cewek ini bisa, kenapa gue nggak bisa?

Tapi permasalahannya… untuk dekorasi rumah itu tidaklah murah, pemirsa. Sementara gue dan Suami budgetnya sangat pas-pasan. Mana rumah kita masih banyak yang harus dibenerin ininya itunya. Intinya,”dekorasi” itu tidak ada di daftar budget kita. Itu juga salah satu alasan lain kenapa urusan dekorasi ini tidak pernah jadi prioritas penting dalam rumah tangga (cuih) kita.

Suatu malam yang bosan (soalnya Suami lagi sibuk maen video game sama temannya), gue iseng2 browsing pinterest. Di pinterest ini ada kategori “DIY”. DIY, alias do-it-yourself , yaitu proyek2 orang2 yang demen ketrampilan dan mengerjakan apa2 sendiri. Kayak mengecat furnitur sendiri, membuat dekorasi rumah sendiri, jahit baju sendiri, gitu gitulah. Sambil liat sana liat sini, gue menemukan beberapa ide prakarya DIY untuk hiasan dinding yang hasilnya bagus tapi membuatnya gampang. Maklumlah gue kan bener2 tidak berbakat, jadi kalo buatnya refot, dijamin akan gagal total. Dan yang paling penting, tentunya.. MURAH! Yah, apa2 kalau bikin sendiri kayaknya jatuhnya lebih murah.

Lalu gue iseng2 ke basement, mau liat.. kita punya gabus ngga ya? Iya sodara sodara… gabus… apakah anda teringat prakarya jaman SMP dulu? Eh, ternyata kita punya, banyak pula! Suami gue hobinya membuat bir, dan waktu itu dia beli gabus banyak untuk menginsulasi ruangan fermentasi untuk bir-nya.  Ternyata masih banyak sisa gabusnya!

Nah gue potong-potonglah si gabus ini jadi 9 bagian, semua ukurannya sama. Terus gue cover si papan gabus ini dengan kain. Covernya gimana? Cukup di-staples saja. Gampang kan? Kainnya darimana? Dari baju2 batik yang dulu dikirim nyokap gue waktu gue hamil.  Baju2nya udah pada kegedean dan nggak muat lagi.. tapi motif dan warnanya lucu.  Ada juga dari kemeja2 batik suami gue yang udah kegedean.. Sempet kehabisan materi kainnya, tapi langsung ngacir ke thrift store deket rumah.. putar puter bentar, eh ketemu baju dengan motif dan warna kain yang bagus. Langsung embat.. harganya ya udah pasti sangat murah, namanya juga thrift store.

Abis itu, gue pasang sawtooth hanger di belakangnya, dan… siap di gantung deh karya prakarya pertama gue yang tidak gagal sejak jaman SMP dulu. Ini penampakannya.

This slideshow requires JavaScript.

Lumayan kan? Yah rasanya bangga dikitlah sama diri sendiri, ternyata gue nggak clueless clueless amat soal ketrampilan  macam begini. Selama ini kalau menyangkut urusan keterampilan rumah tangga, gue sukanya masak dan baking, tapi sejauh ini ya itu doang. Yang lain2.. gue tidak menguasai dengan baik, hahaha.

Setelah kelar proyek dekorasi pertama, gue jadi semangat utk ngerjain yang lain. Selanjutnya gue pasang foto2 collage di dinding dengan bingkai yang gue temukan di garage sales atau thrift store yang harganya bener2 murah abis. Hampir2an gratis lah, bisa dibilang, haha. Gue suka dengan bingkai2 yang keliatannya udah agak2 berumur, kesannya vintage aja gitu (padahal emang kere aja, beli bingkai bagus yang baru mahal, jendral.. hahaha). Bingkai foto vntage itu bisa di-sanding terus dicat ulang dengan warna apapun kesukaan gue. Yah.. itung itung gaya shabby chic tanpa keluar duit banyak , hehehehh. Inspirasi dekor nya darimana lagi.. kalau bukan dari Pinterest!

Terus untuk tree topper pohon Natal kita tahun ini… gue bikin sendiri juga! hehehehh.  Karena gue kurang suka dengan tree topper yang bentuknya bintang2 atau malaikat2 gitu, gue sukanya yang lebih modern. Habis liat2 pinterest lagi.. suami dan gue sepakat.. gimana kalo tree toppernya huruf S (inisial nama keluarga kita) yang gede dan bergelimangan dengan glitter (maaf norak dikit, maklumlah Natal) aja? Kebetulan ada artikel petunjuk untuk buat tree topper inisial itu sendiri. Lagi2 gue potong si gabus berbentuk S, terus gue hias dengan glitter perak. Warna tema pohon kita adalah merah dan perak.

Karena ada ide2 dari pinterest.. rumah kita sekarang lebih “hangat” sedikit.. it’s more of a home than just a house now. Memang dekorasi itu walaupun sedikit.. tetap pastinya merubah kesan suatu ruangan. Gue juga merasa, it’s possible to do craft now.. ternyata di luar sana banyak orang yang tidak kreatif dan tidak berbakat seperti gue, tapi tetep mencoba buat2 apa2 sendiri dengan bantuan pinterest. Gue juga seneng bisa menemukan banyak petuah petuah dan petunjuk2 untuk mengerjakan DIY dari orang2 yang emang ahli/hobi alias crafters. Sebelum pinterest, situs2 DIY gitu sepertinya komunitasnya eksklusif sesama crafters aja. Tapi melalui pinterest menurut gue semuanya jadi lebih accessible. Ngomong ngomong, banyak juga lho ide prakarya di pinterest untuk dilakukan bersama krucil krucil. Sejauh ini gue pernah dapet resep untuk homemade water color dan homemade lem untuk bikin art work sama Baby Bubbles. Semua resepnya menggunakan bahan2 yang ada di dapur sehari2, jadi nggak perlu menghabiskan uang belanja khusus utk perintilan2 itu. Gue suka terkesima ngelihat orang2 kreatif yang apa2 dibuat sendiri.. lem lah, playdough lah.. keren lah pokoknya. Semoga suatu hari nanti gue bisa terampil seperti itu.

Terimakasih ya pinterest. Aku padamyu deh pokoknya.

disclaimer : gue tidak menerima kompensasi dalam bentuk apapun dari pinterest untuk post ini. Ini bukan promosi yang disponsori, hehehehh.